...
"Ra...,"
"Lara...,"
"Ra?"
"Kemana sih dia?"
"Ra.....,"
"Ya ampun, kamarnya gelap banget lagi. Emang bener2 ga
ada orangnya yah ini rumah? Pada kemana sih???"
"Laaarr...,"
"Iya... gue disini...," aku berdiri sambil
tersenyum, lalu ku berjalan menuju stop kontak menyalakan lampu kamar yang
sedari tadi gelap.
"Huaaa... mata lo bengkak?? Ya ampuuun, menakutkan
banget Ra..." Viza menatap lebih dalam ke arah mataku. Aku hanya mencoba
untuk tersenyum.
"Ya ampuuun, iya, bengkak banget! udah berapa jam lo
nangis Ra? Mama lo kemana? Belum pulang? Sabar ya sayaangg" Alin memeluku,
mengusap-usap rambutku. Tapi aku segera bergeming.
"Gue ga nangis! kalian tuh apaan sih?? haha gue ga
nangiiisss. Gue tuh lagi ga enak badan aja tadi, makanya gue ga masuk
sekolah." Aku memandang silih berganti ke arah sahabat-sahabatku, sambil
mengembangkan senyum terbaiku, ya meski memang senyum yang dipaksakan.
"Bohong deh Ra.., cerita lah ada apa?" Kali ini
Erifa yang menatapku semakin dalam.
Aku terdiam. Menghela nafas yang kurasakan agak sedikit
sesak. Dan melangkah ke kamar mandi. "Gue mandi dulu yaa."
Dan air mata pun tumpah bersama percikan air yang mengalir
keluar dari shower diiringi isak tangis yang sedari tadi aku tahan di depan
mereka.
I was trying to translate it through google translate and it sounds great!
ReplyDeletehttp://cookieswardrobe.blogspot.com/